Sabtu, 05 November 2011

TAK ADA YANG ABADI


Sore itu…
            Kau mengirimkan pesan padaku melalui sms “Sygq, jdkn kt ktm? Tgg q d skul y!” Namun, sudah lebih dari 1 jam aku menunggumu di sekolah, kau belum datang-datang juga. Aku berpikir kau telah melupakan janji itu sebab telah berulang-ulang kali aku mengirim pesan padamu, namun kau tak membalasnya. Telah lebih dari 25 kali aku menghubungimu, namun kau tak pernah mengangkat teleponku sekali pun. Marahkah kau padaku? Memangnya apa yang telah aku perbuat?
            Setelah aku bersabar selama 2 jam, akhirnya aku memutuskan untuk pulang. Aku biarkan hpku tetap aktif, inginku segera mendapat kabar darimu. Ingin ku tahu mengapa kau membatalkan janji kita. Ingin ku dengar maafmu karena telah membuatku menunggu. Tapi ternyata… lama aku menunggu, letih ku menanti, kau tak menghubungiku juga. Sebenarnya apa yang terjadi?
            “Dy msk rmh skt!” Itulah pesan balasan yang aku dapatkan setelah berjam-jam menunggu kabar darimu. Tanpa berbabibu lagi aku segera menancap motor dari halaman rumahku. UGD di rumah sakit itu telah ramai oleh keluarga dan teman-temanmu. Ingin aku menerobos masuk ke dalam dan melihat keadaanmu, namun pintu itu tertutup rapat menghalangi langkahku. “Sangat kritis!” Kata-kata itulah yang tak ingin aku dengar dari mulut seorangpun, tapi begitulah kenyataannya. Kau terbaring tak berdaya di dalam sana, memperjuangkan hidupmu. “Sayangku, kalau kau memang masih cinta padaku, kumohon berusahalah, lawanlah kematian itu!” Jeritku menggema ke seluruh penjuru rumah sakit itu.
            “Sebuah mobil menabraknya ketika dia hendak menyeberang. Entah siapa yang salah, tetapi yang jelas hanya dia yang terluka sementara orang di dalam mobil itu baik-baik saja. Orang yang menabraknya ada di sana!” Ujar temanku sembari menunjuk seorang anak muda yang sekarang sedang bersama keluarganya dan keluarga kekasihku. Amarah mengalir dalam diriku, memuncak hingga tak dapat ku bendung lagi. Tangan ini telah berada di kerah bajunya. Ku hentakkan sebuah tinjuan di wajahnya hingga membuatnya terjatuh ke lantai. Darah segar keluar dari ujung bibirnya.
“Itu belum seberapa dibanding dengan penderitaan yang dialaminya,” ujarku sambil menunjuk ke ruangan dimana kekasihku berada. Ingin ku lakukan lagi hal itu, namun beberapa tangan mencegahku, menghalangiku. Suara-suara gaduh yang sebenarnya mengeluarkan kata-kata yang menenangkan malah membuat telingaku semakin panas mendengarnya.
“Mana mungkin aku bisa tenang!” Teriakku.
“Lebih baik, kita pergi dari sini. Ini rumah sakit bukan arena tinju,” ujar temanku sembari menarik tanganku.
Ku tepis tangannya, kemudian berkata, “Tidak, aku tidak akan pergi dari sini. Aku akan menunggunya. Aku harus menunggunya!”
“Kalau itu maumu, cobalah untuk tenang!” Ujarnya kembali. Aku hanya terdiam mendengar kata-katanya. Detik demi detik, menit demi menit dan jam demi jam telah terlewati. Sudah terlalu lama dia berada di dalam sana, namun belum ada seorang dokterpun yang keluar dari ruangan itu. Harus berapa lama lagi aku menunggu kabar darinya?
Sore telah berlalu, kini malam yang hadir sangat tidak bersahabat. Hujan turun menemani malam yang dingin saat ini. Ternyata bukan hanya malam saja yang tak bersahabat, kabar dari dokterpun ternyata tak bersahabat. Tidak! Aku tidak ingin mendengar kata-katanya!
“Maaf, kami telah berusaha sesuai kemampuan kami, tapi Tuhan berkehendak lain.”
“Tidaaaaaaak…!!!” Suara keluarganya pecah ketika dokter itu melontarkan kata-katanya. Aku hanya terdiam membeku, tak dapat ku bergerak sedikitpun. Rasa keterkejutanku akan kata-kata itu membuangku kembali ketika terakhir kali aku bertemu denganmu.
“Seandainya aku pergi nanti, apa yang akan kau lakukan?” Tanyanya tiba-tiba ketika aku sedang berdua di rumahnya.
“Memangnya kau mau pergi kemana?” Tanyaku kembali.
“Tidak kemana-mana sih, aku hanya bertanya saja kok,” jawabnya.
“Kalau hanya bertanya asal, aku tidak mau menjawabnya! Aku tidak ingin kau pergi kemanapun, aku ingin kau selalu ada menemaniku.” Jawabku pula.
“Sayang, tak ada yang abadi di dunia ini, kau tahu itukan?”
“Tentu saja aku tahu! Tetapi untuk sekarang, aku tidak ingin kau meninggalkan aku. Titik!” Ujarku.
“Satu hal yang perlu kau ingat sayangku. Aku tetap cinta padamu walaupun aku meninggalkanmu. Dan asal kau tahu, aku tak akan kemana-mana. Aku akan selalu berada dalam dirimu.” Ujarnya.
Inikah maksud dari kata-katamu itu? Ternyata memang benar apa yang kau katakan. Kau telah mengajarkan aku bahwa tiada yang abadi sejak kau putuskan untuk melepaskan hidup. Benar juga yang kau katakan, kau memang tak akan pergi kemanapun, kau tetap ada di dalam diriku dan selalu mencintaiku. Tapi asal kau tahu, aku takkan mampu hidup tanpamu.
“Tunggu aku, sayangku!” Ujarku. Kemudian ku terobos malam dingin bermandikan hujan. Ku berlari melewatinya. Ku terus berlari hingga akhirnya tanpa ku sadari sebuah mobil telah mendaratkan tubuhnya ke tubuhku. Kesadaranku mulai menghilang, tak ada yang dapat ku rasakan lagi. Tak beberapa lama kemudian, aku melihatmu. Kau melambaikan tanganmu padaku, kau ulurkan tangan manismu itu, lalu ku sambut tanganmu dengan bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar